Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alam semesta. Tampilkan semua postingan

Mungkinkah Kita Berketurunan di Luar Angkasa?



Konsep bercinta di luar
angkasa tengah marak dibicarakan.
Apalagi, jika suatu saat nanti manusia
harus meninggalkan Bumi karena
sudah tidak layak untuk dihuni, kita
tetap perlu menghasilkan keturunan.
Bahkan saat kita sedang dalam
perjalanan menuju tempat tinggal
yang baru itu.

Akan tetapi, sejauh mana peluang
untuk mendapatkan keturunan saat
manusia telah meninggalkan planet
bumi ini?

Dari penelitian yang dilakukan
sejumlah ahli, tampaknya hal
tersebut sulit terjadi. Pasalnya, ruang
angkasa sendiri sebenarnya
merupakan sebuah sistem
kontrasepsi yang sangat besar.

Hasil penelitian khusus seputar seks
di ruang angkasa menyimpulkan
bahwa radiasi kosmik akan
membombardir tubuh manusia
dengan kuantitas yang besar selama
perjalanan di luar angkasa. Selain itu,
tinggal di Mars, misalnya, dalam
waktu yang lama akan menurunkan
jumlah sel sperma.

Janin yang sudah terbentuk tidak
akan berkembang secara sempurna
di lingkungan ruang angkasa. Meski
saat ini ruang di pesawat angkut
telah dilengkapi dengan pelindung
radiasi yang lebih baik, tetap saja itu
tidak cukup untuk melindungi zigot
untuk berkembang.

Jika bayi berhasil keluar dari
kandungan, peluang bayi itu
mengalami cacat yang diakibatkan
oleh radiasi sangat besar.

Dan masalah tidak hanya sampai di
situ. Dari penelitian terhadap hewan
yang dikirim ke luar angkasa, imbas
radiasi bisa membunuh sel telur pada
janin. Bayi akan terlahir dalam
kondisi mandul. Artinya, itu akan
mempersulit umat manusia
berkembang di planet baru itu
nantinya.

Menurut Richard Jennings, pakar
medis ruang angkasa asalh University
of Texas, astronot memang terbukti
tetap mampu membuahi
pasangannya setelah ia kembali ke
Bumi. Akan tetapi, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap
astronot yang menunaikan misi di
luar angkasa dalam periode waktu
lebih lama.

Dari sisi teknis, masih ada tantangan
bagi manusia yang ingin menunaikan
tugasnya di luar angkasa. Kostum
ruang angkasa saat ini cukup berat
dan tidak menyediakan banyak
kemudahan untuk bercinta.
Sayangnya, manusia tetap perlu
menggunakan pakaian khusus.

Alasannya, dalam kondisi tanpa
gravitasi, keringan atau cairan lain
yang keluar dari tubuh berpotensi
dapat merusak perangkat elektronik
pesawat. Apalagi ditambah dengan
kenyataan bahwa manusia lebih
berkeringat saat di luar angkasa.

Beberapa pakar melontarkan ide
untuk membuat ‘ruang intim’
yang dipenuhi dengan titik-titik air
dingin atau minyak beraroma pada
pesawat luar angkasa agar turis yang
melancong ke luar Bumi dapat
meningkatkan hasrat bercinta
mereka.

Namun demikian, tetap saja ada
hambatan lain yang telah disiapkan
ruang angkasa. Mekanisme tubuh
manusia tidak memungkinkan itu
terjadi. Sebagai informasi, gravitasi
mikro atau tanpa gravitasi
menurunkan tekanan darah manusia.
Akibatnya, penis pria tidak akan
dapat ereksi secara penuh.

Jika manusia ingin mendiami planet
lain, antariksawan harus melakukan
perubahan besar-besaran pada
pesawat ruang angkasa agar
penjelajah di masa depan bisa
bertahan lebih lama di luar angkasa
dan mampu menunaikan tugas
alaminya.

Misteri Hilangnya Cincin Planet Saturnus !



Para astronom amatir di seluruh
dunia saat ini memperhatikan
perubahan yang sama pada
Saturnus: Cincin Saturnus yang lebar
menipis menjadi garis tipis. Efrain
Morales Rivera mengirimkan gambar
berikut yang diambil dari halaman
belakang rumahnya di Aguadilla,
Puerto Rico.
“Cincin-cincin Saturnus telah
menipis sekali dalam setahun ini”,
katanya. Daerah Cassini atau Cassini
Division (suatu daerah gelap dalam
cincin Saturnus yang dinamakan
Cassini) mulai sulit diamati.

Fenomena yang sama terjadi empat
ratus tahun lalu dan sempat
memusingkan Galileo, sebagai orang
pertama yang pada tahun 1610
menemukan cincin-cincin Saturnus
melalui teropong primitifnya. Dia
sangat tercengang ketika mendapati
cincin-cincin tersebut menyempit
sedikit setahun berikutnya.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?
Sekarang, kejadian yang sama
adalah: kita mengalami suatu
“pelintasan bidang cincin” (ring
plane crossing). Ketika sedang dalam
perjalanannya mengelilingi Matahari,
Saturnus membelokkan cincinnya
menjadi sejajar dengan garis
pandang dari Bumi (edge-on) setiap
14-15 tahun sekali. Karena cincinnya
yang sangat tipis, mereka bisa tidak
teramati jika dilihat melalui teleskop
kecil.

Dalam bulan-bulan berikut ini, cincin
Saturnus akan menjadi semakin tipis
sampai akhirnya mereka “hilang”
pada 4 September 2009 nanti. Ketika
hal ini terjadi pada 1612, Galileo
mengabaikan studinya akan planet.
Padahal, kita ketahui kemudian,
saat-saat “pelintasan bidang
cincin” seperti ini merupakan
waktu yang baik untuk menemukan
satelit-satelit dan cincin luar
Saturnus yang baru. Selain itu, saat
demikian juga merupakan waktu
yang baik untuk melihat kutub utara
Saturnus yang biru. Pada tahun
2005, wahana antariksa Cassini
terbang di atas belahan utara Planet
Saturnus dan menemukan bahwa
langit di sana sebiru langit Bumi
sendiri. Selama bertahun-tahun,
hanya Cassini yang bisa menikmati
pemandangan ini, karena dari Bumi,
bagian atas Saturnus yang biru
tertutupi oleh cincin-cincin Saturnus.
Galileo sendiri tidak pernah
memahami sifat dasar alamiah dari
cincin-cincin Saturnus. Dia tidak
mengetahui bahwa mereka
sebenarnya merupakan kumpulan
satelit-satelit kecil yang mengorbit
dalam bidang orbit piringan,
berukuran dari debu hingga sebesar
bulan kita (Kemungkinan cincin-
cincin ini merupakan debris atau
puing-puing dari satelit yang hancur,
tetapi para ilmuwan sendiri masih
belum yakin benar akan hal ini).

Melalui teleskop abad 17-nya, cincin
tersebut lebih menyerupai telinga
atau semacam cuping planet.
Meskipun demikian, intuisinya
mengarahkan Galileo untuk
membuat prediksi yang tepat,
bahwa cincin-cincin yang hilang ini
akan kembali. Dan dia benar. Cincin
Saturnus kembali tampak, dan para
ilmuwan menyimpulkan
penelitiannya. Pada tahun 1659,
secara tepat Christiaan Huygens
menjelaskan peristiwa
menghilangnya cincin yang periodik
selama terjadinya “pelintasan
bidang cincin” atau “ring plane
crossing” ini. Pada tahun 1660, Jean
Chapelain mengatakan bahwa cincin
Saturnus bukan merupakan benda
padat, tetapi terbuat dari partikel-
partikel kecil yang sangat banyak
dan masing-masing mengorbit
Saturnus secara independen. Selama
dua ratus tahun, usulannya sempat
tidak diterima secara luas, sebelum
ternyata terbukti benar.

NASA
Cincin-cincin Saturnus sangat lebar
tetapi juga sangat tipis. Para
astronom menggunakan Teleskop
Hubble untuk menangkap citra
Saturnus dengan posisi cincin
datarnya ini (edge-on) pada tahun
1995. Obyek terang seperti bintang
pada bidang cincin yang terlihat
pada gambar merupakan satelit-
satelit es. Kredit Gambar : NASA
Tidak perlu bersedih hati dengan
“musibah hilangnya” cincin
Saturnus ini. Saturnus masih
merupakan obyek yang indah untuk
dilihat melalui teleskop yang kecil
sekalipun. Malah, minggu ini
sebenarnya merupakan minggu
yang baik untuk mengamati
Saturnus. Pada Selasa, 18 Maret dan
Rabu, 19 Maret, Bulan yang hampir
purnama dan Saturnus akan berada
satu garis pada bagian yang sama di
langit senja. Hal ini membuat
Saturnus menjadi mudah dicari, tidak
seperti biasanya. Setelah Matahari
terbenam, lihatlah daerah sdi
ekeliling Bulan, dan voila! Saturnus
terlihat seperti “bintang emas”
terang di dekat Bulan. Jika Anda
melewati momen 18-19 Maret ini,
coba lihat kembali 14-15 April. Bulan
dan Saturnus akan berada
berdekatan dan cincin Saturnus
bahkan menjadi lebih sempit.

minggu yang baik untuk mengamati
Saturnus. Pada Selasa, 18 Maret dan
Rabu, 19 Maret, Bulan yang hampir
purnama dan Saturnus akan berada
satu garis pada bagian yang sama di
langit senja. Hal ini membuat
Saturnus menjadi mudah dicari, tidak
seperti biasanya. Setelah Matahari
terbenam, lihatlah daerah sdi
ekeliling Bulan, dan voila! Saturnus
terlihat seperti “bintang emas”
terang di dekat Bulan. Jika Anda
melewati momen 18-19 Maret ini,
coba lihat kembali 14-15 April. Bulan
dan Saturnus akan berada
berdekatan dan cincin Saturnus
bahkan menjadi lebih sempit.

Ditemukan, Planet Terpanas di Jagad Raya



VIVAnews -- Kemajuan astronomi
menguak satu demi satu rahasia
langit. Berbagai temuan dihasilkan: di
antaranya sejumlah planet mirip
Bumi, lubang hitam (black hole), atau
galaksi terbesar.

Para ilmuwan juga telah menemukan
planet yang diselubungi gas yang
dinamakan WASP-33b atau disebut
juga HD15082. Dan belakangan
terungkap, ini adalah planet paling
panas yang pernah ditemukan.

Bayangkan, suhu permukaan
eksoplanet ini sampai 3.200 derajat
Celcius atau lebih dari setengah suhu
permukaan Matahari yang mencapai
6.000 derajat Celcius.

Permukaan planet yang membara ini
diketahui dari orbitnya yang dekat
bintang mirip Matahari yang suhunya
sampai 7.160 derajat Celcius.

Letaknya 380 tahun cahaya di
konstelasi Andromeda.

Para astronom kali pertamanya
menyadari eksistensi Planet
WASP-33b pada tahun 2006, setelah
beberapa kali mengobservasi fase
redup bintang induknya.

Ini menyebabkan planet yang
besarnya 4,5 kali ukuran Yupiter itu
mengorbit bintangnya kurang dari 7
persen dari jarak antara Merkurius ke
Matahari. Sangat dekat. Planet
WASP-33b menyempurnakan
orbitnya setiap 29,5 jam.

Berdasarkan hasil studi yang
dipimpin Alexis Smith dari Keele
University, Staffordshire, emisi
thermal WASP-33b ditemukan
menggunakan kamera inframerah di
teleskop William Herschel di Canary
Islands.

Terkuak, temperatur planet itu 9.00
derajat Celcius lebih panas dari planet
berpredikat 'terpanas' sebelumnya di
Galaksi Bima Sakti, yaitu WASP-12b.

Planet tersebut berada 600 tahun
cahaya dari Bumi hanya punya waktu
10 juta tahun lagi sebelum terbakar
habis.

Jaraknya yang dekat dengan
bintangnya, membuat WASP-12b
mencapai suhu 2.300 derajat Celcius.

Sekali mengorbit, planet ini
memerlukan waktu 1.1 hari.

9 fakta di alam semesta yang mungkin belum kita ketahui

1. Venus, Sang Dewi Cinta, adalah planet yang paling terang di tata surya kita.


2. Meskipun berukuran dan mempunyai gaya gravitasi yang sama dengan Planet Bumi, Atmosfer Venus penuh dengan asam sulfur yang mematikan.


3. Tertutupi oleh lapisan tipis batu- batuan, Merkurius adalah sebuah bola besar yang terbuat dari besi dan mempunyai gaya tarik yang kuat untuk planet seukurannya.


4. Magnet yang paling kuat di jagad raya adalah Magnetar, suatu bintang neutron yang langka. Sampai saat ini baru ditemukan 10 penemuan Magnetar.


5. Matahari kita sangat jauh jaraknya sehingga jika bahan bakarnya telah habis, kita tidak akan menyadarinya sampai 8 menit kemudian.


6. Planet Merah, Mars, tidak mempunyai lapisan ozon dan tidak memiliki pelindung apapun terhadap sinar ultra violet. Hal ini membuatnya tidak dapat ditinggali oleh manusia.


7. Dengan meneliti meteorit- meteorit yang ditemukan di Bumi, kita dapat mengetahui bahwa umur Planet Bumi adalah 4,6 juta tahun.


8. Planet Jupiter berputar pada porosnya (berotasi) dengan kecepatan yang menakjubkan sehingga menimbulkan angin dengan kecepatan ratusan mil per jam di atmosfernya. Kayak gasing gan !!! (bumi kita kan berotasi 24 jam jadi siang 12 jam malam 12 jam, kalau jupiter siang malamnya gimana tuh?)


9. Planet Saturnus adalah sebuah bola raksasa yang terbuat dari gas, sehingga planet ini dapat mengapung di atas air.


sumber: kaskus.us

foto alam semesta di lubang hitam



KOMPAS.com – Lubang hitam (black hole) hingga kini masih menjadi misteri alam semesta yang banyak diteliti para ilmuwan. Lubang hitam adalah pemusatan massa yang cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi dan massa jenis yang begitu besar. Gaya gravitasi yang besar mencegah apapun lolos darinya, termasuk cahaya.


Bisa dibayangkan apa yang terlihat di sekitar lubang hitam saat apa saja tersedot ke dalamnya. Penasaran dengan hal tersebut Alain Riazuelo dari Institut d’Astrophysique de Paris pun melakukan simulasi dengan menggabungkan kumpulan citra antariksa. Hasilnya, sebuah gambaran tiga dimensi yang menakjubkan.


“Di dekat lubang hitam, Anda bisa melihat keseluruhan alam semesta. Cahaya dari berbagai arah akan dibiaskan dan kembali pada anda,” katanya seperti dilansir the Daily Mail, Kamis (9/12/2010).


Riazuelo menggunakan citra antariksa hasil tangkapan 2MASS Infrared Sky Survey dan mengolahnya ke dalam komputer. Lewat pencitraannya, Riazuelo menggambarkan dengan jelas pembiasan cahaya yang terjadi.


Menurutnya, kuatnya gaya gravitasi lubang hitam dan pembiasan cahaya yang terjadi menyebabkan terjadinya distorsi visual yang tak biasa. Setiap bintang dalam frame normal akan memiliki paling tidak 2 cahaya terang, satu di setiap sisi lubang hitam.


Pada gambar di atas, lingkaran berwarna biru pucat menunjukkan dua bayangan Small Magellanic Cloud. Sementara, cincin berwarna magenta menunjukkan dua bayangan dari Alpha dan Beta Centauri. Cincin kuning menunjukkan dua bayangan dari Gamma Crucis. Dua bayangan Calopus terdapat di bagian dalam lingkaran cincin berwarna putih. Sedangkan bayangan dari Sirrius terdapat di sebelah kiri lubang hitam dan berwarna coklat. Bintang paling terang yang terdapat di bagian bawah gambar adalah Achemar.


Sumber : http://sains.kompas.com/ read/2010/12/10/10071161/ Foto.Alam.Semesta.di.Lubang.Hitam-5

ada ”ular”di matahari



Kamera Dynamics Solar Observatory milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap penampakan 'ular' pada permukaan matahari. Ular itu tampak sedang merayap di seluruh permukaannya. Ular yang dikenal sebagai "solar filament" ini terbakar sepanjang 435 ribu mil atau setara dengan dua kali jarak bumi ke bulan, di bagian selatan. "Solar filament" adalah kumpulan gas padat yang menggantung di atas pemukaan matahari.


Gas ini muncul dari korona atau lapisan paling luar dari atmosfer matahari dengan bentuk seperti benang dan meledak setiap saat. Warnanya agak sedikit gelap karena memiliki suhu yang lebih rendah ketimbang temperatur korona matahari.


Peneliti antariksa, Tony Phillips mengatakan pernah mengamati penampakan filamen solar yang mengandung muatan listrik. Setiap filamen solar ini berpotensi membentuk badai matahari atau "masuk" kembali ke tubuh matahari. "Ada tiga kemungkinan untuk setiap kemunculan filamen solar, kembali ke matahari, patah kemudian meledak atau runtuh di permukaan matahari," tulis Phillips di situs Spaceweather.com. Dia menambahkan, hingga saat ini belum ditemukan dampak kemunculan filamen solar tersebut terhadap bumi.


http://www.tempointeraktif.com/ hg/sains/2010/12/07/ brk,20101207-297274,id.html

KOMENTAR TERBARU

LIST COMMUNITY